Sabtu, 22 November 2014

Berpikir Positif

BERFIKIR POSITIF TERHADAP ANAK


       “ Anak sekarang dengan anak dulu memang berbeda,”Celetuk seorang ibu saat merasa kesal pada             anaknya. Ucapan keluh kesah ini menginggatkan penulis saat  masa kecil dulu, karena celetukan ini pernah     penulis dengar  ketika ada orang tua yang mengeluhkan tentang anak anak mereka.
         Mereka mengatakan bahwa anak sekarang tidak penurut, manja tidak mandiri dan sederet cap negatif    lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan membandingkan kondisi masa kecil  orang tua dengan kondisi anak    mereka saat ini.
          Penulis ingat betul betapa tak nyamannya penulis mendengar keluhan tersebut. Karena saat itu sebagai   anak kita merasa tidak punya masalah , kita menjalani hidup mengalir begitu saja  menjalani fitrah sebagai       anak anak.
       Mengaca pada pengalaman masa kecil ini penulis berusaha untuk memahami. Mengapa terlontar               keluhan seperti itu diantara sebagian orang tua.”Sayang,”  ya perasaan itu bisa jadi menjadi  salah satu           dasar   mengapa ungkapan tersebut terucap.
      Orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi baik? Semua orang tua pasti ingin anaknya menjadi    baik. Begitu mendapati sang buah hati tidak sesuai dengan  nilai nilai yang berlaku di masyarakat saat itu        maka spontan orang tua akan menegur
   dan berusaha merubahnya baik dengan tindakan maupun ucapan.
        Sayang banyak diantara orang tua maupun pendidik yang tidak menyadari arti ucapan itu pada diri         anak. Anak akan merasa ada yang salah pada diri mereka apalagi dengan tambahan kata kata,”Kamu tidak       seperti si fulan yang begini begitu, ”Ungkapan ini akan menambah perasaan salah pada diri anak. Sehingga     secara tidak sadar kita telah membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya di depan anak anak
         Anak anak bagaikan busa, menyerap apapun informasi di sekitarnya. Citra dirinya sangat bergantung      dari citra yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya.Apabila informasi negatif terhadap citra dirinya banyak       yang anak anak serap maka ia akan menempatkan dirinya sebagaimana citra yang ia peroleh.
         Begitupun sebaliknya apabila citra positif yang sering ia serap dari lingkungan sekitar anak maka ia         akan berperilaku positif seperti pencitraan yang ia terima.
          “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti     pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”(QS:Ibrahim:24)
           Oleh karena berhati hatilah dalam berucap apalagi untuk buah hati kita yang tercinta bukankah agama  mewanti wanti kita untuk selalu menjaga lisan kita.Betapa banyak manusia tergelincir karena tidak bisa  menjaga lisannya.

TIP-TIP
-Kembangkan Selalu fikiran positif pada anak bagaimanapun keadaan anak. Dalam agama kita selalu diajak  untuk berfikiran positif atau berprasangka baik dalam mennyikapi segala hal sebagaimana di sebutkan dalam  hadits qudsi,”Aku sebagaimana prasangka hamba-KU  bila hamba berprasangka baik maka Aku baik dan  begitupun sebaliknya.”
-Apabila anak melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hati kita jangan katakan,”Kamu ini memang anak     yang nakal!” tapi sebaiknya kita ucapkan,”Maaf, umi tidak suka kalau kamu melakukan perbuatan itu!” .
       Pada kalimat pertama kita seakan akan memberikan label ‘nakal’ pada anak.
       Pada kalimat kedua kita hanya tidak suka akan perbuatan si anak pada saat melakukannya.
-Jangan sekali kali membandingan anak dengan anak lain di depan mereka. Efeknya pada diri anak sangat      tidak baik. Anak yang merasa dipuji akan timbul rasa sombong dan anak yang punya kekurangan akan    menjadi minder danjatuh harga dirinya.
-Jangan mudah berkomentar berfikirlah sebelum berkata akan mudah mengontrol kata kata kita sehingga    tidak berakibat buruk buat anak maupun orang tua.
-Jadilah pendengar yang baik sehingga kita lebih mudah memahami suatu permasalahan yang di ungkapkan..

                                                                                      

                                                                   

Selasa, 02 September 2014

aku koki yang hebat


AKU KOKI YANG HEBAT

.
   
             Siang itu agak gaduh di dapur rumah bu Rahmah .  Kadang terdengar Suara alat dapur saling beradu.Menimbulkan bunyi yang kadang memekakan telinga.Apa ada yang bertengkar ya…? Oh kalau orang bertengkar tidak mungkin, karena kadang kadang terdengar ada anak yang tertawa gembira .Lalu ada apa ya …kok ribut sekali?
           Ternyata Ada tiga anak asyik di dapur memainkan berbagai macam alat dapur dan bahan bahan adonan kue .Tiba-tiba ”Pluuk…! Wah telurnya jatuh “Seru seorang anak sambil tertawa.
         “Lihat tepungnya terbang tertiup angin!”teriak lainnya.
         “Jangan di buat mainan dong bahan bahan kuenya , nanti Umi tidak memperbolehkan kita bikin kue sendiri lho…!”Kata sang kakak.
        “Wah nggak asyik dong… !” kata kedua adiknya.
         “Lihat kue kakak sudah mengembang.!Enaknya di bentuk apa ya?”Seru Sang kakak
         “Di bentuk Dinosaurus,kura kura atau buaya saja kak nanti aku bantu “Usul adik laki lakinya.
         “Di bentuk bunga dan hati saja biar lebih bagus!”Usul adik yang perempuan.
         “Bagaimana kalau kita membentuk bersama sesuai dengan ide kita masing masing Setuju...!”Usul Abi yang tiba tiba sudah ada di belakang mereka.
         “Setuju…!”Teriak mereka gembira .Tidak lama kemudian umi datang ikut bergabung bersama .
         “Umi, nanti adik di Bantu nyalakan kompor ya …!Adik mau bikin martabak telur yang istimewa  !”Pinta Adik .Umi menganggukan kepala sambil tersenyum.
        “Abi…Nanti Ahmad di Bantu juga, membuat agar agar ya !”Si adik tidak mau kalah.
        “Subhanallah Umi dan Abi bisa di kalahkan nikh… ! Pasti kue dan masakannya rasanya luaaar biasa!”Puji Umi dan di iyaka oleh Abi.
         “So pasti dong…!”Serempak mereka bertiga menjawab dengan tersenyum bangga.
         “Eiit…Tapi ingat dapurnya di bersihkan lho!”Kali ini mereka bertiga hanya tersenyum masam.
          
            Membiarkan anak bereksperimen di dapur? Mengapa tidak.Bermain main dengan alat alat dapur dan bahan bahan mentah adalah keasyikan tersendiri bagi anak anak.Dapur bernatakan bahan mentah berceceran adalah hal lumrah yang memang akan terjadi.Pengorbanan ini akan tidak sebanding bila dilihat dari manfaat yang akan di peroleh anak.
          Lihat Rudi khoirudin,Sisca suwitomo atau koki koki hotel berbintang adalah contoh orang orang yang berhasil dalam mengembangkan talenta memasak.Tapi bukan berarti anak harus berprofesi sebagai koki bila anak senang di dapur.Tidak!Banyak manfaat yang akan anak petik dari aktivitas mereka di dapur.
        Bereksperimen dengan bahan bahan mentah akan membuat anak lebih kreatif,Anak akan lebih bisa menghargai masakan yang kadang sering anak sepelekan.Belajar tekun dan sabar untuk menyelesaikan pekerjaan .Belajar estetika dan keindahan ketika mereka membentuk dan menghias kue atau masakan.Dan yang terpenting anak akan lebih menghargai tugas tugas domestic ibu yang ternyata cukup berat untuk di kerjakan sehingga anak dengan ringan tangan membantu ibu di dapur.
        Bukankah Rasulullah saw melarang kita mencela makanan apabila kita tidak suka dan Rasulullah biasa membantu istrinya misal dengan menjahit sendiri baju yang sobek.
     HAL PENTING YANG  PERLU DI PERHATIKAN 
-Pastikan anak aman di dapur dengan mengecek kompor. Untuk anak yang masih kecil  harus ada  yang mendampingi agar terhindar dari bahaya misal kompor yang menyala..
_Hindari bahan bahan dan alat alat yang berbahaya.
-Orang tua memberikan dukungan dengan menyediakan bahan masakan.
-Beri kesempatan anak untuk melakukan sendiri aktivitasnya
-Jangan pelit untuk memuji hasil masakan anak walau rasa masakana mereka jauh dari harapan.

                                                       
                                                          Sri lestari
             














Selasa, 22 April 2014

“HORE…!” AKU BISA NAIK SEPEDA




           Minggu pagi yang cerah.Di halaman Masjid yang luas dan rindang terlihat dua anak sedang memegangi sepeda yang di kendaraian seorang  anak yang sedang belajar naik sepeda.
        “Ayo terus di kayuh jangan takut jatuh kakak memeganginya !”Seru sang kakak memberi semangat.
        Sang adik memegang stang sepeda  terlihat kaku,pandangan matanya kadang kedepan melihat jalan terkadang kebawah melihat kakinya mengayuh pedal sepeda.Jalan sepeda melaju pelan berkelok kelok meski jalanan halus dan rata.
        Tiba tiba “Bruuk…”Sepeda jatuh.Rupanya kedua kakaknya melepaskan pegangan mereka dan si adik belum stabil bersepada .Menagiskah si adik ? Ternyata tidak justru mereka bertiga tertawa.
        “Astaghfirullah…kenapa di lepas pegangannya kak…? Aku khan belum bisa.” Protes si adik.
        “Iya …Maaf ya…Kakak kira sudah bisa.Nah … Sekarang kakak pegang lagi.Ayo cepat di kayuh sepedanya…!” Dukung kedua kakaknya penuh semangat
        Sepada di kayuh lagi dengan semangat .Jalannya masih belum berubah masih tetap berkelok kelok.Tapi agak sedikit kencang dari yang tadi.”Bruuk…” Kali ini sepeda terjatuh karena menabrak pot pot bunga hingga berantakan.
        “Masya Allah lututmu berdarah Dik…! Kamu tidak apa apa ?”Tanya sang kakak kuatir.
        “ Alhamdulillah tidak apa apa ! Wah tadi potnya tidak terlihat sich!”Sambil tersenyum mengusap darah di lututnya dengan sapu tangan.
         Tiba tiba Ayah sudah berada di dekat mereka,“Aduh …senang sekali ya…! Sampai tidak pulang pulang .Masya’allah Lututmu berdarah Ya Ahmad ! Ini  ayah  obati , Sakit ya...!” Tanya ayah penuh simpati. Sebenarnya  sedari tadi ayah tahu bahwa Ahmad terjatuh, tapi ayah tidak mau terlalu dini terlibat, karena hal ini akan mengurangi kemandirian anak dalam beraktivitas.Ketika Ayah  merasa mereka sudah waktunya di bantu maka barulah  ia datang.
        Sang Adik hanya meringis menahan pedih .Setelah beristirahat sejenak ,makan dan minum sekedarnya maka adik bangkit  memegang sepeda untuk belajar naik sepeda lagi.
PANTANG MENYERAH
                  Kalau kita mengingat waktu kecil kita belajar naik sepeda mungkin semangatnya tak jauh berbeda dari mereka. Ya semangat yang antusias meminjam istilah dari ustadz  Fauzil Adhim,untuk menggambarkan semangat yang pantang menyerah dari anak anak kita ketika belajar naik sepeda .
          Seperti Bayi yang baru belajar berjalan semangat yang antusias dari sang bayi mengalahkan semua kendala yang menghalangi demikian pula dalam belajar bersepeda.
Terjatuh berulang kali dan tak jarang tubuh ikut terluka tak menyurutkan tekad mereka untuk terus mencoba sampai mereka bisa.
          Kita bisa menarik garis kesimpulan dari mengamati proses belajar anak anak ini. Secara alami anak mempunyai semangat yang tinggi untuk mempelajari sesuatu yang baru .Semangat ini sangat di perlukan untuk menghadapi tantangan hidup yang semakin lama semakin berat di kemudian hari.Tapi dalam perjalanan perkembangan anak, tidak jarang kita melihat semangat ini mengendur bahkan ada yang sampai menghilang.Dan celakanya justru kita sebagai orang tua  kadang yang menjadi  salah satu penyebabnya.
Lalu bagaimana kiatnya supaya anak -anak kita tetap bersemangat ?

a-_Buat setiap kegiatan menyenangkan bagi anak
     Kreativitas kita sebagai orang tua di uji untuk membuat setiap kegiatan selalu menarik bagi anak. Tidak harus mengeluarkan anggaran berlebih untuk kegiatan ini, cukup sederhana dan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita. Yang paling penting dalam kegiatan ini peran kita sebagai orang tua untuk selalu dekat di hati anak anak kita.  
b._Hindari pemaksaan kegiatan bila anak sedang tidak minat
     Main paksa untuk segala hal adalah tidak menyenangkan, begitupun anak-anak akan merasakan hal yang sama.Bukannya anak akan mengikuti keinginan kita, maka yang terjadi justru sikap penolakan.Sehingga kegiatan yang kita anggap baik dan kita rancang sedemikian rupa untuk anak anak tidakberjalan sesuai harapan. 
c._Selalu memotivasi anak untuk selalu berbuat yang lebih baik
      Hampir semua orang ingin di perhatikan. Perhatian itu bisa berupa motivasi untuk membuat kita bisa selalu berbahagia dan untuk bisa selalu berbuat kebaikan.Sebagaima Rasulullah SAW menyatakan;"Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini" 
d.Beri anak Reward bisa berupa pujian atau perhatian.
   Jarang terjadi ada anak yang tidak mau di puji atau di perhatikan, bahkan bisa di katakan anak anak selalu mencariperhatian kita.Tingkah polah mereka yang mengemaskan adalah salah satu bentuk upaya anak untuk menarik perhatian kita.
      Kecermatan kita untuk memberi perhatian atau Reward pada anak perlu kita perhatikan. 
Hindari Reward yang malah membuat anak tidak bersemangat, bila suatu saat anak mencapai suatu prestasi.tapi tidak mendapatkan penghargaan yang serupa.
     Sebenarnya anak sudah merasa cukup puas bila anak bisa menguasai pelajaran atau kegiatan yang mereka anggap menantang semisal belajar naik sepeda. Keberhasilan  itu sudah merupakan  hal yang   mengembirakan bagi anak.   
                   

                                                                      SRI LESTARI