BERFIKIR POSITIF TERHADAP ANAK
“ Anak sekarang dengan anak dulu memang berbeda,”Celetuk seorang ibu
saat merasa kesal pada anaknya. Ucapan keluh kesah ini menginggatkan penulis saat masa kecil dulu, karena celetukan ini pernah penulis dengar ketika ada orang tua yang
mengeluhkan tentang anak anak mereka.
Mereka mengatakan bahwa anak sekarang tidak penurut, manja tidak mandiri
dan sederet cap negatif lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan membandingkan
kondisi masa kecil orang tua dengan
kondisi anak mereka saat ini.
Penulis ingat betul betapa tak nyamannya penulis mendengar keluhan
tersebut. Karena saat itu sebagai anak kita merasa tidak punya masalah , kita
menjalani hidup mengalir begitu saja
menjalani fitrah sebagai anak anak.
Mengaca pada pengalaman masa kecil ini penulis berusaha untuk memahami.
Mengapa terlontar keluhan seperti itu diantara sebagian orang tua.”Sayang,” ya perasaan itu bisa jadi menjadi salah satu dasar mengapa ungkapan tersebut
terucap.
Orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi baik? Semua orang tua
pasti ingin anaknya menjadi baik. Begitu mendapati sang buah hati tidak sesuai
dengan nilai nilai yang berlaku di
masyarakat saat itu maka spontan orang tua akan menegur
dan berusaha merubahnya baik dengan tindakan
maupun ucapan.
Sayang banyak diantara orang tua maupun pendidik yang tidak menyadari
arti ucapan itu pada diri anak. Anak akan merasa ada yang salah pada diri
mereka apalagi dengan tambahan kata kata,”Kamu tidak seperti si fulan yang
begini begitu, ”Ungkapan ini akan menambah perasaan salah pada diri anak.
Sehingga secara tidak sadar kita telah membandingkan anak yang satu dengan yang
lainnya di depan anak anak
Anak anak bagaikan busa, menyerap apapun informasi di sekitarnya. Citra
dirinya sangat bergantung dari citra yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya.Apabila
informasi negatif terhadap citra dirinya banyak yang anak anak serap maka ia
akan menempatkan dirinya sebagaimana citra yang ia peroleh.
Begitupun sebaliknya apabila citra positif yang sering ia serap dari
lingkungan sekitar anak maka ia akan berperilaku positif seperti pencitraan
yang ia terima.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit.”(QS:Ibrahim:24)
Oleh karena berhati hatilah dalam
berucap apalagi untuk buah hati kita yang tercinta bukankah agama mewanti wanti
kita untuk selalu menjaga lisan kita.Betapa banyak manusia tergelincir karena
tidak bisa menjaga lisannya.
TIP-TIP
-Kembangkan Selalu fikiran positif
pada anak bagaimanapun keadaan anak. Dalam agama kita selalu diajak untuk
berfikiran positif atau berprasangka baik dalam mennyikapi segala hal
sebagaimana di sebutkan dalam hadits qudsi,”Aku sebagaimana prasangka hamba-KU bila hamba berprasangka baik maka Aku baik dan begitupun sebaliknya.”
-Apabila anak melakukan sesuatu yang
tidak berkenan di hati kita jangan katakan,”Kamu ini memang anak yang nakal!”
tapi sebaiknya kita ucapkan,”Maaf, umi tidak suka kalau kamu melakukan perbuatan
itu!” .
Pada kalimat pertama kita seakan akan memberikan label ‘nakal’ pada
anak.
Pada kalimat kedua kita hanya tidak suka akan perbuatan si anak pada
saat melakukannya.
-Jangan sekali kali membandingan anak
dengan anak lain di depan mereka. Efeknya pada diri anak sangat tidak baik.
Anak yang merasa dipuji akan timbul rasa sombong dan anak yang punya kekurangan
akan menjadi minder danjatuh harga dirinya.
-Jangan mudah berkomentar berfikirlah
sebelum berkata akan mudah mengontrol kata kata kita sehingga tidak berakibat
buruk buat anak maupun orang tua.
-Jadilah pendengar yang baik sehingga
kita lebih mudah memahami suatu permasalahan yang di ungkapkan..